Selasa, 27 Juni 2023

Ulat Kertas


Ulat Kertas

Oleh: Sukma Ramadhan.


Halaman 1


Suatu hari, Kumbi, Mutmut, Pingu, dan Chaki berkumpul bersama Pak Profesor Belalang di kebun buah tempat profesor itu melakukan penelitian tentang berbagai macam buah-buahan. Mereka memang sering bermain bersama dan menjelajahi kebun yang indah itu. Terlihat Kumbi dan Pingu tampak asik membantu Pak Profesor Belalang yang tengah menyiapkan pohon jambu yang hendak mereka tanam, dan Chaki terlihat asik memainkan alat yang sering di gunakan memotong  batang pohon saat Pak Profesor memetik buah nya.


Halaman 2


Sementara, Mutmut berlari kesana kemari dengan keranjang buah yang tampak sudah terisi beberapa buah mangga yang ia petik. Tiba-tiba, Mutmut terkejut dan berteriak heboh. Dia melihat ulat kecil yang bersembunyi di antara daun pohon jambu air yang hendak dia petik. Mendengar jeritan itu, Kumbi, Pingu, dan Chaki segera berlari mendekatinya, ingin tahu apa yang terjadi.


Halaman 3


Namun, Chaki yang bandel malah menertawai Mutmut yang tengah ketakutan. Dengan berani dan tanpa rasa jijik, Chaki mengambil ulat itu dan melemparnya jauh-jauh. Melihat aksi Chaki, Kumbi segera menegurnya, "Chaki, kenapa kau malah melempar ulat itu? Seharusnya kita biarkan dia tetap berada di daun."


Halaman 4


"Iya," sela Pingu, "mungkin dia sedang kelaparan dan mencari makanan. Kita seharusnya memberinya kesempatan untuk hidup." Sambungnya lagi.

"Halah, biarkan saja dia mati. Dia hanya akan mengganggu kita bermain saja." Jawab Chaki enteng dengan sikap cueknya.


Halaman 5


Pak Profesor Belalang yang baru saja selesai menanam pohon jambu mendekati mereka, penasaran dengan keributan yang terjadi. "Ada apa ribut-ribut? Apa ada masalah?" tanya Pak Profesor Belalang.


Halaman 6


Kumbi dengan sigap menceritakan semua yang terjadi kepada profesor dan menjelaskan tindakan Chaki. Pak Profesor Belalang tersenyum dan mengingatkan, "Untung ulat itu bukan jenis ulat bulu yang bisa membuat kita gatal-gatal jika disentuh, tapi bukan berarti kita boleh sembarangan menyakiti makhluk hidup, kan?"


Halaman 7


"Benar juga," ujar Mutmut penasaran, "jadi sebenarnya ulat itu tidak berbahaya?"

Pak Profesor Belalang menggeleng, "Sebenarnya tidak berbahaya, tetapi ulat bukanlah untuk dijadikan teman bermain. Mereka memiliki peran dan habitat mereka sendiri dalam ekosistem."


Halaman 8


"Lalu, jika kami ingin bermain dengan ulat, apa yang bisa kami lakukan?" tanya Kumbi dengan rasa penasaran.

Pak Profesor Belalang tersenyum dan mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya, "Kalau begitu, ayo ikut paman ke dalam. Kita akan membuat mainan ulat dari kertas karton."

"Ulat mainan yang akan kita buat pun bisa berjalan loh." lanjutnya menggoda.


Halaman 9


Mendengar itu mereka semua antusias mengikuti Pak Profesor Belalang ke dalam rumahnya. Di sana, Profesor Belalang memberikan mereka kertas karton dan mengajar mereka cara  membuat ulat mainan.


Halaman 10


Pak Profesor Belalang segera memainkan gunting nya dengan sangat terampil, kertas karton yang sudah dilipat-lipatnya kemudian di gunting setiap sisinya hingga membentuk seperti ulat, tak lupa ia memberikan mata di ujung kepala ulat hingga terlihat tampak lucu.

Sambil membagi-bagikan mainan tak lupa Pak Profesor Belalang pun memberitahukan cara memainkan ulat mainannya.

"Kalian hanya tinggal meniup nya dengan sedotan ini, nanti ulatnya akan berjalan seperti ulat sungguhan." Ujarnya sambil mebagi-bagikan sedotan plastik.


Halaman 11


Tak lama Kumbi dan semua teman-temannya masing-masing sudah dapat mainan ulat beserta sedotan alat peniupnya dari Pak Profesor Belalang, semuanya tampak bersorak gembira.

"Ayo kita adu balapan ulat." Tantang Chaki. 

"Ayo...Ayo." Balas Kumbi dan Mutmut.


Halaman 12


Semetara Pingu memilih memainkannya terpisah, ia tampak sangat asyik meniup sedotan kecil ke ulat mainan yang mereka buat. Ulat mainan itu pun bergerak-gerak seperti ulat sesungguhnya. Mereka tertawa ceria melihat ulat mainan mereka bisa berjalan.


Halaman 13


Pak Profesor Belalang menjelaskan kepada mereka, "Ternyata, dengan sedikit kreativitas, kita bisa membuat mainan yang menyerupai ulat sesungguhnya. Ini mengajarkan kita untuk menghargai makhluk hidup dan menumbuhkan rasa empati terhadap mereka."


Halaman 14


Kumbi kemudian bertanya, "Profesor, apakah ulat mainan ini bisa menggantikan ulat yang sebenarnya?" Pak Profesor Belalang menggeleng lembut, "Tentu saja tidak. Ulat sesungguhnya memiliki peran penting dalam ekosistem, seperti membantu dalam penyerbukan bunga dan mendaur ulang material organik. Mainan ulat ini hanya untuk hiburan dan pembelajaran kita."


Halaman 15


Mendengar penjelasan Profesor Belalang, mereka semua merasa terinspirasi dan berjanji untuk lebih memahami pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menghormati makhluk hidup.      Kumbi, Mutmut, Pingu, dan Chaki sangat senang, mereka kembali mendapatkan pelajaran baru dari Pak Profesor Belalang, hingga saatnya pulang, mereka semua pulang dengan hati gembira sambil bercerita keseruan bermainnya hari ini.


Selesai.

Sumber Ide cerita :

https://pin.it/CZuAD16

https://www.instagram.com/p/CvAfdEihXus/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==


Tidak ada komentar:

Posting Komentar