Sabtu, 24 Juni 2023

Burung Gereja Yang Malang.

 


Burung Gereja Yang Malang.

Oleh: Sukma Ramadhan.


Halaman 1


Kumbi menatap anak Burung gereja yang tergeletak lemah di halaman rumahnya. Sepertinya Burung itu terjatuh saat hendak belajar terbang dan keadaannya tampak sangat menyedihkan. Kumbi merasa iba melihatnya dan merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk membantu burung gereja tersebut. Tanpa ragu, dia mengambil burung itu dengan lembut dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.


Halaman 2


Kumbi berusaha merawat burung gereja itu. Dia menyediakan sangkar yang nyaman, memberinya makanan dan minuman, tak lupa ia menghangatkan tubuh burung itu dengan menjemurnya di bawah terik matahari dan berharap burung itu akan segera pulih. Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Setiap kali Kumbi memberikan makanan pada burung gereja, burung itu menolaknya dengan keras. Burung tersebut menolak setiap biji-bijian yang diberikan Kumbi, dan mulai menunjukkan tanda-tanda keadaan yang semakin parah.


Halaman 3


Kumbi merasa bingung dan kecewa. Dia tidak mengerti mengapa burung gereja tersebut tidak mau makan. Apakah dia melakukan sesuatu yang salah? Apakah burung itu tidak menyukai makanannya? Kumbi merasa putus asa karena tidak bisa membantu burung gereja yang dia rawat,dan betapa sedihnya Kumbi karena burung gereja yang malang itu akhirnya mati.


Halaman 4


Pada saat itu, Pak Profesor Belalang yang kebetulan lewat di depan rumah Kumbi melihat kesedihan di wajah Kumbi. Ia mendekati Kumbi dan bertanya, "Kenapa kamu menangis, Kumbi?."


Halaman 5


Kumbi, sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya, menjelaskan tentang burung gereja yang dia rawat dan masalahnya yang sulit dimengerti. Dia bercerita tentang bagaimana burung itu menolak makanan yang diberikan padanya.


Halaman 6


Dengan lembut, Pak Profesor Belalang menjelaskan kepada Kumbi tentang sifat alami burung gereja. Dia menjelaskan bahwa burung gereja adalah makhluk yang bebas, selalu merindukan kebebasannya di alam liar. Burung gereja tidak dapat hidup dalam penangkaran dan lebih memilih mati daripada kehilangan kebebasannya.


Halaman 7


 "Kamu hebat, burung itu pasti sangat berterima kasih pada mu, karena kamu mau merawatnya dengan tulus, meskipun akhirnya burung itu mati, itu semua bukan sepenuhnya kesalahan mu, semua karena ia tidak mampu melawan kodrat sifat alaminya sendiri". Ujar Pak Profesor Belalang membesarkan hati Kumbi.


Halaman 8


Kumbi terkejut mendengar penjelasan itu. Dia tidak pernah tahu bahwa burung gereja memiliki sifat semacam itu. Dia mulai memahami mengapa burung itu menolak untuk makan, karena itu adalah caranya untuk menunjukkan bahwa dia ingin kembali ke alam bebasnya.


Halaman 9


Dengan sedikit penyesalan, Kumbi menyadari bahwa meskipun dia ingin memberikan cinta dan perhatian pada burung tersebut, tetapi apa yang dia berikan justru membuat burung gereja semakin menderita. Kumbi merasa bersalah karena tidak memahami keinginan dan sifat alami burung gereja.


Halaman 10


Pak Profesor Belalang memberikan pengertian kepada Kumbi bahwa kita sebagai manusia harus menghormati kebebasan alamiah makhluk lain. Kita tidak boleh memaksa mereka untuk hidup sesuai dengan keinginan kita. Burung gereja adalah simbol keindahan alam dan kebebasan, dan oleh karena itu, mereka seharusnya tetap berada di habitat alaminya.


Halaman 11


Akhirnya , Kumbi memahami pesan yang disampaikan oleh Pak Profesor Belalang. Dia merasa lega karena akhirnya mengerti mengapa burung gereja itu tidak mau makan dan mengapa burung gereja tidak bisa dipelihara. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih menghargai kebebasan dan alamiah setiap makhluk hidup.


Halaman 12


Atas saran Pak Profesor Belalang, Kumbi pun memutuskan untuk mengubur Burung gereja itu di pojok halaman rumahnya. Dalam hatinya, ia  mulai menyadari betapa pentingnya menghormati kebebasan dan kehidupan alami makhluk lain, bahwa tidak semua makhluk dapat dipelihara ada kasih sayang yang lebih besar dengan membiarkan mereka hidup sesuai dengan sifat alami mereka.


Selesai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar